PEMUDA,"GENERASI HARAPAN"

 Pemuda adalah generasi emas masa depan, yang akan meneruskan estafet perjuangan. Sehingga mampu mewujudkan mimpi-mimpi besar para pendahulu. lantas siapa ?tentunya dalam hal ini kita menginginkan sosok pemuda yang yang luar biasa, memiliki moral yang baik dan jiwa cinta tanah air. bukan seorang apatis yang acuh terhadap negrinya sendiri, agar mampu meneruskan estafet perjuangan. Rialita saat ini justru sosok pemuda yang kita harapkan diatas rasanya tenggelam jauh didasar bumi, malah pemuda saat ini banyak menuai hal-hal yang tidak bermoral. Semisal banyak pemuda yang minum-minuman keras, berjudi tanpa henti, berzina, dll.       
   Jika seorang generasi memiliki perilaku  yang buruk, itu sangatlah sulit untuk mencari generasi yang baik. Maka disini perlu adanya sebuah kontrol sosial dan kontrol dari  orangtua, lebih-lebih dari Negara menyikapi hal tersebut. Dengan adanya sebuah batasan yang menjadai ruang lingkup pergerakan pemuda hususnya remaja, ini akan menjadika mereka sadar atas perbuatan mereka yang meanggar hokum islam. Tapi, aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar tidak diterapkan dalam masyarakat, sehingga para pemuda dengan bebasnya melakukan apa yang dia inginkan menuruti hanya nafsunya. Lebihnya lagi negri tercinta ini membiarkan begitu saja persoalan-persoalan tersebut. Jika ini di biarka tanpa ada tindakan maka generasi untuk melanjutkan kepemimpinan akan bobrok.            Sebuah contoh Muhammad al-Fatih dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di Kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia adalah putra dari Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah Utsmaniyah. Walaupun usianya baru seumur jagung, sang ayah, Sultan Murad II, mengamanati Sultan Muhammad memimpin suatu daerah dengan bimbingan para ulama. Hal itu dilakukan sang ayah agar anaknya cepat menyadari bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Bimbingan para ulama diharapkan menjadi kompas yang mengarahkan pemikiran anaknya agar sejalan dengan pemahaman Islam yangbenar. Sultan Murad II memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anaknya. Ia menempa buah hatinya agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh. Perhatian tersebut terlihat dari Muhammad kecil yang telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa! Hingga akhirnya Muhammad al-fatih mampu menaklukan bizantium.          Ibroh !Kisah yang tercatat dalam sejarah peradaban islam dunia ini, haruslah kita mengambil contoh atau pelajaran (ibroh) dalam kehidupan kita, bahwa pentingnya sebuah pendampingan terutama bagi orangtua yang menjadi faktor utama dalam membingbing si anak, dan dorongan dari lingkungan yang antusia terhadap generasi emas masa depan dengan menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar.

• Twitter
• Facebook
• Google
• Tumblr
• Pinterest